Sabtu, 30 Juli 2011

filsafat umum

Teori Idea plato
Plato memandang bahwa kehidupan ideal adalah kehidupan pikir, harmoni adalah idealitas jiwa manusia. Artinya bahwa akal sebagai dasar, pengendali, pengatur bagi setiap pemahaman. Ia seorang rasionalis seperti halnya Socrates. Realitas pada dasarnya terbagi ke dalam realitas yang dapat ditangkap oleh indera (kasat mata) dan realitas yang hanya dapat dipahami oleh akal. Segala yang nyata dalam alam bersifat mengalir, dapat hancur, dapat terkikis oleh waktu, karena terbuat dari materi yang dapat ditangkap oleh indera. Ini dikenal dengan sebutan dunia materi.
Sedangkan ada realitas di balik dunia materi yang di dalamnya tersimpan pola-pola yang kekal dan abadi tak terkikis oleh waktu yang dikenal dengan dunia ide. Dunia ide ini hanya dapat ditangkap oleh akal. Dunia ide inilah dunia yang sebenarnya. Dalam analogi mitos gua Plato, realitas yang sebenarnya berada di dunia terang di luar gua, bukan bayang-bayang dinding gua dari benda yang sebenarnya. Fenomena alam hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal.
Ide Kebahagiaan
Boleh dikatakan bahwa Plato memandang akal sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan mengenai segala sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan, ide kebahagiaan dan ide keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal, bukan kesenangan karena kesenangan hanyalah sekadar memuaskan nafsu badaniah semata. Lalu dari mana kebahagiaan terbentuk?
Dalam konsep Plato, dibandingkan dengan makhluk lain, manusia mempunyai esensi atau bentuk yang tidak sederhana, akan tetapi manusia tersusun dari beberapa elemen yang mengimbangi berbagai kapasitas atau fungsi lainnya. Kemampuan untuk berpikir merupakan kapasitas dan fungsi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Elemen akal ini merupakan hal yang paling penting. Elemen lainnya terdiri dari nafsu badaniah, yakni hasrat dan kebutuhan dan elemen rohani yang terungkap dalam bentuk emosi, seperti kemarahan, ambisi, kebanggaan, kehormatan, kesetiaan, dan keberanian.
Ketiga elemen tersebut yang terdiri dari akal, rohaniah dan nafsu badaniah disebut dengan jiwa tripartit. Rasa kebahagiaan manusia sebagai kebaikan tertinggi bersumber dari sifat-sifat alaminya yang berfungsi sebagai penyeimbang dari pemenuhan kebutuhan ketiga elemen yang membentuk manusia. Oleh karena itu, karena memiliki jiwa tripartit inilah maka kebaikan tertinggi bagi manusia adalah rasa tenteram atau kebahagiaan. Kebahagiaan didapat dari tiga pemenuhan tiga bagian jiwa di bawah aturan dan kendali akal. Dari ketiga elemen tersebut penggunaan akal sebagai sarana berpikir adalah yang paling penting dalam esensinya sebagai manusia. Dalam hierarki berada pada tingkat tertinggi. Nafsu badaniah berada pada tingkatan paling rendah, sedangkan elemen rohaniah berada pada tingkatan menengah. Inilah yang dikenal sebagai teori diri atau kepribadian tripartit milik Plato.
Harmoni Tripartit
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh dihilangkan atau diabaikan salah satunya dalam mencapai kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan pemenuhan di antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks. Dan jika setiap elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan perannya masing-masing sesuai dengan bangunan diri, maka kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak dan mengalami keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen rasional dan tak rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena berkaitan dengan sikap moral, moralitas seseorang.
Sebagai gambaran misalkan ketika fungsi-fungsi akal terpenuhi sebagai pengendali elemen jiwa lain, maka akal akan menampilkan kebajikannya, yakni dalam bentuk kebijaksanaan. Pada saat elemen roh menunjukkan fungsi kebencian, ambisi, maupun heroiknya dalam batas-batas tertentu, maka elemen ini menunjukkan bentuk keberanian. Berani dalam cinta, perang, maupun dalam persaingan. Elemen nafsu yang menampilkan fungsinya secara benar, maka akan menunjukkan kebajikan karakternya, yakni kendali diri. Yakni dengan menjaga kepuasan jasmaniah pada batas-batasnya. Keseimbangan ketiga karakter kebajikan tersebutlah yang mampu mengantar pada ide kebahagiaan.
Plato menganalogikan dengan jelas tentang fungsi dan peran ketiga elemen dengan analogi lain. Misalkan elemen akal adalah manusia, elemen roh adalah singa, dan elemen nafsu badaniah adalah naga berkepala banyak. Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara membujuk singa agar membantu manusia menjaga naga hingga tetap dapat diawasi? Tentu saja dengan peran sebagai ‘pawang’ manusia harus mampu menjaga harmoni serta mengendalikan singa dan naga.



Aristoteles (348 - 285/6 SM) (RASIONALISME)

a. Hubungannya dengan Plato
- Aristoteles mengkritik tajam pendapat Plato tentang idea
- Aristoteles: idea tidak ada, yang ada hal-hal yang konkret saja
- Sependapat dengan Plato: ilmu berbicara tentang yang umum & tetap

b. Teorinya sendiri
1) Materi dan forma (forma-materia, morphe-hyle)
- Setiap benda jasmani terdiri dari bentuk dan materi (bahan)
- Materi adalah asas yang sama sekali terbuka
- Materi adalah kemungkinan untuk menerima bentuk
- Bentuk adalah asas yang menentukan
- Hyle prote (materi pertama) materi

2) Tingkat-tingkat pengetahuan, ada 3:
1. Pengetahuan pengalaman (empeiria): pengetahuan tentang suatu hal
2. Pengetahuan keterampilan (techne): untuk menghasilkan sesuatu
3. Pengetahuan ilmiah (episteme): pengetahuan demi pengetahuan
- Metafisika (sophia): ilmu yang tertinggi, karena mencari asas
asas yang paling fundamental

3) Penyebab-penyebab, ada 4:
1. penyebab efisien (causa efficiens): sumber kejadian
2. penyebab final (causa finalis): tujuan yang menjadi sasaran
seluruh kejadian
3. penyebab material (causa materialis): bahan pembuat benda
4. penyebab formal (causa formalis): bentuk tertentu ditambahkan
pada sesuatu, mis: kayu menjadi kursi kayu
- Penyebab nomor 1 dan 2: menentukan kejadian dari luar
- Penyebab nomor 3 dan 4: menentukan kejadian dari dalam

4) Perubahan atau gerakan
- Dalam setiap perubahan ada 3 faktor:
1. alas yang tetap (substrat),
2. keadaan yang lama
3. keadaan yang baru
- Contoh: substrat:air, perubahan: dingin->panas

5) Perubahan substansial - aksidental
- Perubahan substansial: mis. anjing jadi bangkai
- Perubahan aksidental: mis. air dingin jadi panas
- Perubahan substansial memerlukan: substrat, keadaan dahulu
dan keadaan baru

6) Substansi dan aksiden
- Substansi: hal yang berdiri sendiri, dapat menerima keterangan
- Aksiden: hal yang dikenakan pada sesuatu yang berdiri sendiri
- Contoh: substansi: kertas, aksiden: warna merah

7) Penggerak pertama yang tidak digerakkan
- Allah: dipandang sebagai penggerak pertama yang tidak digerakkan
- Jagat raya tidak dapat dibinasakan, gerakan adalah abadi
- Penggerak ini dianggap sebagai Aktus Murni
- Allah adalah pemikiran yang memandang pemikirannya sendiri
- Penggerak tidak mengenal atau mencintai sesuatu yang lain
daripada dirinya sendiri

8) Pandangannya tentang manusia
- Semua makhluk hidup mempunyai dua aspek: jiwa dan badan
- Badan adalah materi, jiwa adalah bentuknya
- Jiwa adalah aktus pertama dari suatu badan organis


4. Beberapa Catatan

- Tentang akal budi dan pancaindera:
Plato: berbeda dan berpisah.
Aritoteles: berbeda tetapi tidak berpisah.

- Tentang sikap
Plato: memandang ke atas -> ke dunia ide
Aritoteles: memandang ke bawah -> ke dunia realitas

- Penekanan dalam filsafat
Plato: membahas "kebaikan" -> kehendak
Aristoteles: membahas "kebenaran" -> akal budi

- Tentang jiwa
Plato: menganut pendapat akan kebakaan jiwa
Aristoteles: jiwa manusia akan binasa

- Teori pengetahuan:
Plato: pengetahuan adalah ingatan kembali (anamnesis)
Aristoteles: teori abstraksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar