Sabtu, 30 Juli 2011

Al-qur'an hadits

KODIFIKASI AL-QUR’AN MASA USMAN BIN AFFAN

Penyebaran Islam bertambah luas, para qurra pun tersebar di pelbagai wilayah, dan pendudukan disetiap wilayah itu mempelajari qira’at )bacaan( dari qori-qori yang dikirim kepeda mereka. Cara bacaan Qur’an yang meraka bawakan berbeda-beda sejalan dengan perbedaan huruf, yang mana al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Dan apabila meraka berkumpul pada suatu pertemuan atau disuatu medan perang, sebagian mereka merasa bingung dengan adanya perbedaan bacaan ini. Terkedang juga sebagian meraka merasa puas dengan perbedaan bacaan, karena perbedaan tersebut disandarkan pada Rasulullah Saw. tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak akan menyusup keraguan pada generasi baru yang tidak melihat Rasulullah Saw. sehingga terjadilah perbincangan bacaan mana yang baku dan mana yang lebih baku. Dan pada gilirannya juga terjadi pertentangan. bahkan akan menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Maka Fitnah yang demikian itu harus segera diselesaikan.
Ketika pengiriminan ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang bacaan al-Qur’an muncul dikalangan tentara-tentara muslim, sebagiannya direkrut dari siria dan sebagian lagi di Iraq. Masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, seperti meraka yang dari Syiria memkai qiraat Ubay bin Ka’ab, penduduk Iraq memkai qiraat Ibnu Mas’ud. Mereka menggungakan beberapa qiraat dengan memakai tujuh huruf. dan mereka juga menentang orang yang menyalahkan bacaannya, dan hingga saling mengkafirkan. Perselisihan ini cukup serius hingga menyebabkan pemimpinan peperangan yaitu Hudzaifah, melaporkan masalah tersebut kepada Ustaman bin Afan.
Titik permasalhanya adalah bahwasanya banyak dari penduduk Saym dan Iraq, bermacam-macam dalam membaca al-qur’an hingga meraka mencampur-adukan dengan dialek mereka. Maka dari itulah khalifah umar menyalin mushaf dengan menggunakan satu bacaan yaitu dengan menggunakan bahasa orang quraiys.
Yang menjadi alasan utama adalah menyatuhkan orang islam dan meniadakan pertingkain, yang telah terjadi dipenduduk dalam mempermasalahkan perbedaan bacaan al-Qur’an. maka dari itu khalifah Umar menyalin mushaf dengan menggunakan satu huruf yaitu bahasa orang quraiys.
Maka Khalifah Umar mengambil langkah yang didukung dengan para sahabat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatuhkan bacaan umat Islam.
Lalu Khalifah Umar pun mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam suhuf-suhuf Abu Bakar yang ada padanya. Kemudia Umar memanggil Zaid bin Stabit, Abdullah bin Zubair, Sa’i bin ‘As dan Abdurahman bin Harist bin Hisyam, ketiga orang terakhir ini dari suku quraiys. Menurut riwayat Ibnu abu Daud ada 12 orang yang bertugas membantu Zaid dalam menyalin mushaf. Lalu meraka diperintah agar menyalin suhuf-suhuf itu dan memperbanyak mushaf. Serta memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang quraiys tersebut ditulis kedalam bahasa quraiys, karena al-Qur’an turun dalam logat mereka. Setelah itu mushaf yang telah disalin tersebut dikirim ke bebrapa kota seperti ke Medinah, Kufah, Basroh, Damaskus dan Mekah.
Dan Khalifah Umar memerintahkan supaya membakar mushaf-mushaf mereka yang berlainan. Metode yang dipakai oleh Zaid bin Stabait beserta temannya dalam menyalin suhuf-suhuf yang ada pada Sayidah Hafsah, yaitu menyalin mushaf dengan menggunakan satu qiraat dengan satu huruf dari tujuh huruf.
Dalam ceramahnya 'Uthman mengatakan, "Orang-orang telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad. hendaklah diserahkan kepadaku." Maka orang- orang pun menyerahkan ayat-ayatnya, yang ditulis diatas kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mulamula akan ditanya oleh `Uthman, "Apakah kamu belajar ayat-ayat ini )seperti dibacakan( langsung dari Nabi sendiri?" Semua penyumbang menjawab disertai sumpah, dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per satu yang kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit.27 Dan antara ayat-ayatnya dan suratnya sudah tersusun rapi.
Sedangkan salah satu kenapa Rasulullah tidak mewajibkan membaca qiraat itu semua dengan menggunakan tujuh huruf, itu karena sifatnya hanya keringanan penduduk pada zaman dulu dalam melafadzkan bahasa arab, maka dari situ Khalifah Ustman memerintahkan kepada Zaid untuk menyalin al-Qur’an kedalam satu Qiraat yang mutawatir dengan memakai satu huruf,28 dan membakar mushaf-mushaf yang berlainan dengan mushaf baru disalin, ini semua tidak lainya niat baik dari Khalifah Ustman agar umat Islam diseluruh penjuru bisa bersatu dan tidak boleh pecah belah.
Permasalahannya adalah ahli Syam dan Iraq, membaca al-Qur’an dengan huruf dan bacaannya berbeda-beda, sebenarnya meraka tidak salah membaca demikian, karena yang meraka baca, berasal dari para sahabat, seperti ibnu mas’ud ubay bin ka’ab, cuman titik permalahannya adalah dari mushaf-mushaf yang ada pada para sahabat masih tercampur dengan ma’na al-qur’an, ta’wilnya, naskh mansukhnya, dan juga dari generasi kegenerasi yang belum pernah bertemu dengan Rasulullah Saw. serta bacaan al-qur’an yang dibaca para penduduk syam, iraq mengalami pencampuran dengan dialek mereka. dikitab yang lain menerangkan bahwa bacaan mereka seperti bacaan para sahabat, tidak mengalami pencampuran dialek. akhirnya ketika mereka berkumpul disuatu peperangan, mereka terbingungkan dengan perbedaan bacaan al-qur’an yang meraka baca, pertikaintersebut memancing amarah meraka, hingga meraka mengkafirkan satu sama lain. Akhirnya Khuzaifah melapor kejadian tersebut kepada khalifah Ustman. Khalifah khawatir sekali pertingakain ini akan menyala besar dan mengakibatkan terpecahnya orang Islam. Akhirnya Khalifah membuat suatu lajnah yang terdiri dari 12 orang dari suku quraisy dan anshor, yang dipimpin oleh zaid bin stabit. Mereka bertujuan menyalin suhuf-suhuf yang ada pada para sahabat, dan tidak ketinggalan pula suhuf-suhuf yang ada pada Hafsah. Menyalin suhuf-suhuf tersebut menjadi mushaf yang rapi, tersusun, dari segi ayat, surat dan bacaannya. Adapaun bacaanya menggunkan bahasa orang quraiys, sebagaimana al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan logat orang quraiys. Sedangkan untuk masalah apakah mushaf ustamni tersebut menggunakan tujuh hurus atau satu huruf, hal ini masih dalam ikhtilaf ulama’.
Manna kholil al-qottan mengatakan, bahwa Zaid dan kelompoknya menyalin al-qur’an dengan menggunakan satu huruf dari tujuh huruf dan memakai satu qiraat.
Dalam muqorro usuluddin tingakt II, bahwa sebagia ulama mengatakan mushaf Ustmani mengandung tujuh huruf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar